Matematika lebih tepat kalau kita kategorikan
sebagai bahasa, karena matematika itu adalah alat kita untuk bisa berkomunikasi
dengan lebih baik.
Jika kita ingin melihat konsistensi dengan
matematika yang kita pelajari di tingkat SMP, SMA, dan seterusnya, maka itu lebih tepat dibilang , bukan . Lha tapi
bukannya " itu
kan 4-nya ada 6, berarti secara bahasa lebih enak ngomongnya aja
dong bukan ?". Nggak
juga, coba deh kalo di matematika tingkat lanjut lo mencoba untuk menulis . Pasti
lo akan lebih terbiasa menulisnya jadi seperti ini, kan?
Sekarang, kalau ada yang nulis gini
gimana:
(bukan )
Itulah sebabnya kenapa dianggap sebagai bahasa yang lebih
tepat. Tujuannya supaya konsisten aja dengan simbol yang kita pakai di
matematika tingkat lanjut. Dengan begitu, kita juga bisa pakai bahasa yang
sama untuk kasus-kasus berikut:
- Saya membeli 6 jeruk. Masing-masing jeruk harganya Rp4000,-. Berapa harga jeruk yang harus dibayar? | Jawab: 6 x Rp4000,-
- Ada 6 mobil yang diparkir di lapangan. Berapa jumlah rodanya? | Jawab: 6 x jumlah roda mobil = 6 x 4 roda
OK. Kalau gitu si guru ya, yang benar?
Nah, bentar... ceritanya belum selesai. Dari tadi saya juga menekankan bahwa
permasalahan yang diangkat di sini adalah matematika sebagai bahasa. Artinya
untuk kasus ini, ya boleh-boleh aja diperdebatkan. Jadi yang kita perdebatkan
itu kan gimana cara menulis perkalian yang benar. Bukan berapa nilai kalau diketahui ( kalau ini jelas
nilai berapa, nggak bisa diperdebatkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar