Seorang ahli matematika seolah
bisa masuk ke alam matematika, asyik bermain di sana, tetapi ketika kembali ke
alam fisis dan menceritakannya kepada
orang lain, tidak ada yang
memahaminya. Ada pendapat bahwa orang yang bisa menguasai matematika seperti
orang yang bisa melihat hantu. Walau menurutnya ‘hantu’ matematika itu cantik,
orang tidak percaya, bahkan banyak yang bertanya: “apa gunanya mempelajari
matematika itu?”
Namun, berbeda dengan hantu
yang menghuni rumah angker, matematika berkembang sebagai ‘ilmu’ atau sistem
pengetahuan, khususnya sejak era Yunani Kuno. Berawal dari geometri dan
aritmetika, cabang-cabang matematika lainnya, seperti aljabar, kalkulus, dan
statistika pun lahir.
Seperti halnya fisika dan kimia,
matematika juga merupakan himpunan pengetahuan dan temuan manusia, yang
diperoleh dengan metode yang solid, disepakati oleh para pakar dalam bidangnya
masing-masing, dan telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi, berbeda dengan fisika,
kimia, dan ilmu lainnya yang berbasis alam (empiris), materi yang dipelajari
dalam matematika tidak terindera (oleh panca indera kita). Matematikawan
bercengkerama dengan ide (gagasan) atau konsep di alam pikiran, yang dibahas,
dikupas, dan didalami dari waktu ke waktu. Kegiatan bermatematika sarat
dengan olah pikir atau bernalar. Matematikawan acap kali mencari pola atau
struktur, sebelum akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.
Kita mungkin tidak bisa
melihat hantu di rumah angker, tapi bisa loh bersahabat dengan ‘hantu’
matematika. Kemampuan dan kepekaan matematika bisa diasah. Bukan
dengan bertapa atau bersemedi di kuburan, tetapi dengan belajar dan berlatih.
Semangat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar